Wednesday, August 7, 2013

Pendakian ke Gunung Rinjani (2)

Kami berencana untuk memulai perjalanan menuju puncak gunung rinjani yang sering disebut puncak Anjani sekitar pukul 1 pagi. Biasanya orang mulai melakukan perjalanan antara pukul 12 malam - 2 pagi. Dan ternyata kami ketiduran. Baru bangun pukul dua pagi. Dengan buru buru kami sarapan dan akhirnya berangkat pukul setengah tiga pagi. Perjalanan sungguh jauh. Bila dibandingkan dengan Semeru, jarak menuju puncak lebih jauh Rinjani. Tapi track tanjakan pasirnya memang lebih panjang di Semeru. Hawa yang dingin membuat kami menggunakan jaket, syal, kaos tangan, dan sepatu lengkap. Tapi terkadang hal ini membuat kami kepanasan juga karena kecapekan terus menghadapi track bukit bukit yang menanjak. Satu jam pertama, medannya langsung menanjak. rutenya tanah dan batu berpasir dan terus menanjak. Ditambah cuaca yang dingin, ini benar benar menguras tenaga dan mental. Akhirnya rute ini berakhir dan harus jalan melintasi punggung gunung yang sangat panjang sebelum memasuki track pasir. Di kejauhan di depan sana, terlihat cahaya senter pendaki pendaki lain sehingga kelihatan bahwa rutenya masih panjang. Akhirnya sunrise muncul ketika kami masih di perjalanan. Pemandangannya luar biasa sangat indah. Dalam hati saya berterimakasih kepada Tuhan pencipta langit dan bumi atas keindahan yang diberikannya kepada Indonesia dan mengucap syukur atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menikmati keindahan tersebut. Langit terlihat berwarna oranye kemerahan. Langit birupun mulai tampak membuka tabir keindahan gunung rinjani dan danaunya. Sementara bila melihat disisi lain, hamparan daratan yang luas terbentang tak terbatas. Matahari pagi pelan pelan muncul memberikan sinarnya untuk menghangatkan kami. Tapi tetap saja angin semilir yang berhembus memberikan rasa dingin bagi kami.

Sunrise di Rinjani
Setelah menikmati sunrise, kami pun melanjutkan perjalanan. Perjalanan masih panjang. Saya sebenarnya cukup lelah plus ngantuk juga. Tapi inilah tantangannya. Menaklukan diri sendiri. Menaklukkan rasa sakit, rasa lelah, mengalahkan pesimisme.
Mulai memasuki track berpasir perjalanan semakin sulit. Pasir pasir ini membuat langkah kaki seakan tak berarti. Melangkah dan merosot, seringkali seperti itu. Namun sesama pendaki sering saling menguatkan. Di gunung, rasa senasib sependeritaan itu memang muncul dengan sendirinya. Mengapa di kota tidak bisa seperti itu?
Air minum juga hanya saya bawa sedikit. Sebuah kesalahan. Untunglah ada pendaki lain yang memberikan beberapa teguk airnya. Teman teman saya ada yang sudah sampai di puncak, namun ada juga yang masih berjuang bersama saya di track pasir. Banyak juga pendaki yang mungkin benar benar kelelahan, tidur tergeletak di pasir tersebut untuk mengumpulkan tenaga. Enaknya track pasir di Rinjani dibanding Semeru adalah tracknya lebih lebar dan juga pengunjung tidak terlalu banya. Sehingga istirahat di track pasir tersebut masih menyisakan ruang cukup lebar bagi pendaki lain, tidak menghalangi.
Dan akhirnya saya mencapai puncak Rinjani dengan ketinggian 3726 m diatas permukaan laut Mungkin sekitar jam 8an.
Sampai di puncak, serasa berada di atap bumi, Tinggi sekali. Di kejauhan tampak gunung agung (kata teman saya). Kami bisa memandang batas langit di kejauhan. Danau Segara Anak yang terdapat di bawah juga kelihatan sangat cantik dengan Gunung Barujarinya. Nikmat sekali rasanya istirahat sambil menikmati alam ciptaan Tuhan. Matahari bersinar terik sehingga pemandangan benar benar cerah dan indah. Tak lupa mengabadikan indahnya pemandangan indah ini dalam jepretan foto.
Dari puncak kelihatan rute track pasir yang kami lalui. Cukup panjang. Melihat rute kami dari tenda menuju puncak, itu benar benar jauh. Tapi jauhnya perjalanan dibayar oleh pemandangan yang luar biasa indah.

Puncak Anjani

Setelah puas berfoto bersama, kami pun turun. Perjalanan turun awalnya masih menyenangkan karena bisa memandang terus keindahan danau dan pemandangan alam yang luar biasa. Melihat gunung baru jari, danau segara anak, dan batu batu pebukitan yang elok. Namun dikarenakan perbekalan yang menipis, serta panas yang semakin menyengat, rasanya semakin capek saja. Medan turunan yang sulit dan kaki yang sudah sangat pegal, serta mulut yang sudah kering serasa menghancurkan mental. Yang penting melangkah saja. Hanya itu satu satunya cara. Ketika jalan pulang kembali ke tenda, saya tidak menyangka sudah melalui medan yang sulit ini diwaktu gelap tadi. Benar kata salah satu turis yang  kami temui kemarin ketika berpapasan. Syukurlah mendaki gunung di waktu malam sehingga kita tidak melihat tracknya. Kalau pagi atau siang, mungkin melihat tracknya saja sudah capek. hehehe.... Track satu jam terakhir menuju tenda di Pelawangan adalah turunan tanah berpasir. Inilah rute awal yang kunaiki tadi pagi. Ternyata turunnya juga sulit. Sangat mudah terpeleset. Pantat pun jadi korban. Naiknya sulit turunnya pun sulit. Memang benar benar.....
Akhirnya tiba juga di perkemahan Pelawangan. Saya benar benar lelah, mental saya pun lelah. Benar benar terkuras. Setelah selesai makan siang, kami beristirahat sebentar. Rencana jam 2 siang kami akan menuju danau segara anak. melalui jalanan menurun yang curam dan berbatu.

Sedikit meleset dari rencana, kami baru berangkat jam 3 sore. Teman saya juga sudah ada yang mulai kram sehingga jalanan agak lambat. Track menurun yang didominasi batu batuan yang curam cukup membuat lutut bekerja keras. Setelah melalui track bebatuan sekitar 1-2 jam, akhirnya kembali ke track tanah. Pemandangan danau tidak terlihat lagi, karena tertutupi hutan. Terkadang, muncul kabut di sore hari yang agak membuat merinding. Seperti melalui area yang ada daya magisnya. Saya dan beberapa teman hampir saja tersesat. Untunglah kami curiga kenapa di jalur ini, tumbuhan mulai liar dan tidak ada sampah seperti sudah jarang dilalui orang. Dan ternyata benar. Salah satu teman kami naik kembali dan menemukan rombongan lain. Setelah berjalan kembali malam hari, akhirnya kami sampai di lokasi tenda di tepi danau segara anak sekitar jam 8 malam.
Track turun menuju danau Segara Anak

Setelah makan, menikmati bintang sebentar, dan sebentar ngobrol dengan teman setenda, saya langsung tidur karena kelelahan. Disini udara cukup dingin, lebih dingin dibanding Pelawangan. Tapi dengan berbagai kelengkapan seperti kaos kaki, jaket, kaos tangan, syal, itu sudah cukup. Berbeda dengan daerah Kalimati atau Arcopodo di Semeru yang dinginnya luar biasa menusuk sampai bisa hujan es. Perjalanan hari ini memang cukup melelahkan, dimulai dari menuju puncak Rinjani sampai akhirnya turun ke danau.

Keesokan paginya, bangun pagi kami sempat berfoto di danau dan bermain air. Air di danau ini memiliki kandungan belerang. Makanya ikan yang berenang di danau tersebut, kulitnya kurang bagus. Tapi ukurannya cukup besar. Ada juga yang mancing. Disekitar danau juga terdapat pura. Sebenarnya kami harus berangkat pagi untuk turun ke Desa Senaru. Tapi godaan untuk bermain di air panas dan air terjun di dekat lokasi tenda membuat kami mengubah rencana. Pemandangan disini juga luar biasa indah. Ada aliran sungai, air terjun, bukit bukit dan lembah. Luar biasa indah...
Danau Segara Anak
Air Danau sepertinya mengalir ke sungai yang ada di salah satu tepi danau. Sebagian airnya menuju air terjun yang tidak terlalu besar. Di bawah air terjun inilah kita dapat berendam karena airnya panas. Hawa panas berasal dari uap yang muncul dari dalam tanah. Air yang dingin dipanaskan oleh uap tersebut menjadi panas. Lokasi ini hanya sekitar 5 menit dari tempat tenda di tepi danau segara anak. Lokasinya yang berada di celah pebukitan memberikan pemandangan yang sangat indah. Sebenarnya di sebelah lain ada kolam yang lebih besar lagi untuk bisa berenang. Tapi kami tidak kesana karena airnya dingin. Berendam di air panas membuat segala pegal pegal hilang sejenak.
Aliran sungai, air terjun, dan air panas
Setelah berkemas, akhirnya kami mulai berjalan sekitar pukul 10an pagi. Rute perjalanan kami menuju Desa Senaru. Dengan kondisi yang masih lemas, sebenarnya guide kami sudah wanti wanti, pasti ini akan sampai malam. Tapi tak ada pilihan lain. Jalan dan melangkah saja.
Perjalanan dimulai dengan menyeberang sungai, kemudian mengitari danau. Perjalanan mengitari danau menghabiskan waktu sekitar 40 menit. Sebentar kami beristirahat sambil menikmati pemandangan danau. Pergerakan awan dan kabut membuat pemandangan sangat cepat berubah. Sesaat gunung barujari terlihat jelas, tapi sesaat kemudian kabut menutupi semuanya.
Mengitari danau
Setelah mengitari danau, kami pun mulai mendaki lagi. Inilah hebatnya gunung ini, mau pulang saja, kita harus mendaki lagi keluar dari area danau yang berada di kawah. Area pendakian ini adalah tebing bebatuan yang lumayan curam dan cukup memakan tenaga. Tapi pemandangan luar biasa indah. Sesekali kami berhenti menikmati keindahan alam rinjani. Edelweis pun mekar. Kami sempat beristirahat di lokasi yang banyak batu datarnya. Pemandangan dari sini juga sangat bagus. Di satu waktu ketika berjalan, hujan turun. Kami pun memakai jas hujan kami. Setelah hujan berhenti, muncul pelangi yang berada di atas danau. Indah sekali... Tuhan benar benar menunjukkan karya ciptaanNya.

Perjalanan Pulang menuju Senaru
Setelah selesai menanjak, mulai perjalanan mendatar dan kemudian menurun lagi. Pemandangan indah selalu saja ada silih berganti. Kami juga banyak berpapasan dengan orang lain yang kebanyakan turis asing. Mereka mengambil jalur Senaru untuk menuju puncak dan akan turun melalui Sembalun. Berkebalikan dengan kami. Di salah satu tebing, kami menemukan prasasti kecil yang dibuat oleh Kopassus. Isi kalimat penyemangatnya kalau tidak salah "Berjuang sampai Akhir". Menurut guide kami, Rinjani juga sesekali menjadi lokasi latihan Kopassus. Setelah melewati tebing bebatuan, pemandangan sedikit berbeda. Sekarang didominasi untaian bukit bukit dan pepohonan. Cuaca sebenarnya cerah. Tapi terkadang kabut datang menyergap, hawa dingin datang menerpa. Begitu silih berganti. Akhirnya kami tiba di pos 3 sekitar jam 5 sore. Ini adalah pos terakhir sebelum masuk hutan. Setelah pos ini kami hanya akan melalui hutan dan tidak ada pemandangan lain lagi, dan memang sudah mulai menjelang malam. Disini kami benar benar beristirahat dan makan sore/malam. Yang cukup unik adalah, kami menemukan ibu ibu turis asing seorang diri mendaki, namun porternya ada 3 orang. Turis asing saja sampai segitunya berjuang datang ke Rinjani, ibu ibu lagi.... Merupakan motivasi bagi saya untuk mengelilingi Indonesia yang indah ini.
Pos 3 Senaru
Akhirnya kami mulai melanjutkan perjalanan jam setengah tujuh malam. Senter sudah disiapkan. Ternyata perjalanan ini sangat amat panjang. Guide kami juga memaksa kami untuk terus berjalan dan hanya beristirahat sebentar selama dalam perjalanan. Walau lambat, yang penting melangkah. Setiap langkah menuruni akar tanaman ataupun bebatuan, kaki ini serasa menjerit. Sakit pegelnya bukan main. Setelah melewati beberapa pos, akhirnya kami keluar gerbang hutan sekitar jam 12 malam. Keluar dari gerbang hutan, guide pun bisa tersenyum lega dan menyalami kami, karena sudah melewati kawasan hutan yang angker di tengah kegelapan malam. Ya, menurut guide kami, hutannya masih terkenal angker. Kami beristirahat sebentar disini. Tapi pemandangan bintang masih indah. Sinyal sudah ada, sehingga kami bisa menghubungi teman yang sudah lama menunggu di pos informasi Senaru. Kami semua sudah sangat letih dan ngantuk, tapi sebenarnya ini belum akhir perjalanan. Karena kami harus berjalan satu jam lagi melewati ladang dan kebun rakyat untuk sampai di pusat informasi Rinjani Senaru dan juga bertemu dengan jalan raya. Air minum kami sudah benar benar habis sejak di pos 1. Saya hampir saja ingin minum dari pipa air yang kedengaran menjerit di parit tepi jalan setapak. Tapi karena tidak kelihatan dimana pipa air yang bocor itu, akhirnya saya urungkan. Akhirnya kami sampai di kantor pusat informasi jam 1 an pagi. Akhirnya bisa minum lagi walau hanya air ledeng. Tak ada lagi penjaga di kantor tersebut. Tapi ruangnya yang terbuka membuat kami bisa istirahat sebentar. Sekitar sejam kami disini. Teman kami sudah menunggu kami dengan mobilnya sejak jam 7 malam. Kami pun harus minta maaf karena mereka sudah menunggu lama. Rencana awal sebenarnya kami akan diantar ke Hotel di Senggigi. Namun karena sudah malam dan jalan dari Senaru menuju senggigi jauh dan takut tidak aman, akhirnya kami ke Hotel di mataram saja. Kami tiba di hotel jam setengah lima pagi. Ada kejadian lucu dihotel ketika kami langsung memborong minuman di lemari es di lobby hotel seperti orang yang ga pernah minum. Kami menginap di Hotel Griya Asri di Jalan Pendidikan mataram. Hotelnya sangat nyaman. Harga kamarnya juga standar. Walau tidak memiliki kolam renang, Hotel ini sangat menyenangkan. Alamat lengkap hotel griya asri adalah di Jl. Pendidikan No 58 Mataram 83125, Lombok Indonesia, Telp 0370-638474. alamat webnya di www.griyaasrihotel.com

Saya baru tidur pukul setengah enam pagi dan bangun jam setengah sepuluh. Saya dan sebagian teman yang bangun masih sempat mendapatkan sarapan pagi. Setelah benar benar membersihkan diri, akhirnya kami check out dari hotel sekitar jam 2 siang (waktu check outnya mendapat kelonggaran dari hotel). Saatnya berwisata santai sambil menunggu jadwal pesawaat di malam nanti. Kami pun menyewa sebuah mobil. Tujuan pertama adalah makannnnnn.. Kami pun langsung menuju restoran khas mataram lombok yaitu ayam taliwang dan pelecing kangkung.Saya lupa restorannya dimana, tapi menunya benar benar nikmat. Ditambah kami yang memang masih lelah, disuguhi makanan yang nikmat, hasilnya adalah porsi makan yang ga karu karuan...hehehe...
Setelah selesai makan, kami menuju toko souvenir. Selain membeli kaos dan cemilan khas lombok seperti dodol rumput laut, saya juga membeli madu yang juga merupakan khas dari lombok ini.
Kemudian setelah selesai, kami menuju Pantai Kuta yang memang dekat dari bandara Praya. Pantai Kuta di sore hari. Pantai ini masih terlihat sepi. Memang menurut para turis mancanegara, pantai Kuta di Lombok saat ini, mirip seperti pantai Kuta di Bali sekitar 20 tahun lalu dimana pantainya yang memang panjang dan bersih serta masih sepi. Kami menghabiskan senja di pantai ini. Yang agak mengganggu adalah, anak anak penjual souvenir yang menjual dagangannya dengan memaksa. Itu cukup mengganggu saya pikir. 
Air lautnya surut menjelang malam. Banyak orang menggunakan sepeda motor mengitari pasir pasir yang airnya surut. Mereka mencari kerang laut. Pantai ini sangat panjang. Tak mungkin mengitarinya dalam sebuah sore. Selain itu banyak bebatuan unik yang berada di tepi pantainya. Pantai ini memang indah dan masih bisa dikatakan asli.
Pantai Kuta Lombok
Setelah selesai, kami pun kembali ke bandara internasional Lombok Praya, untuk mengejar pesawat jam 8.30 malam waktu indonesia tengah. Seperti biasa, sebuah perjalanan ada awal dan akhir yang direncanakan. Bila perjalanan belum berakhir sesuai rencana, berarti mungkin kami sedang lost in the middle of nowhere. Hehehe... Perjalanan di pesawat serasa sangat cepat karena kami hanya tidur kelelahan di pesawat. Kami tiba di jakarta jam 9.30 malam waktu indonesia barat dan kembali ke kediaman masing masing. Pikiran saya terus dibayangi keindahan alam Rinjani.
pulang

Thanks to Aruna, Kintan, Om Teddy, Bro Boni A'to, Bro Mahendra, Bro Untung, Bro Paulus, dan guide Mas Totok. Perjalanan bersama kalian sungguh menyenangkan. Thanks juga foto fotonya :)

NB: Kepada pembaca, Percayalah, pemandangan Taman Nasional Rinjani dari awal sampai akhir sangat sangat indah. Lebih indah dari foto foto ini :)

4 comments:

  1. hallo boleh tau kira kira cost sama hari nya berapa hari ya dr pergi sampe pulang, thx

    ReplyDelete
  2. Rindu sama rinjani...benar sgt indah dr titik mula hingga ke akhir. Tp utk aku hiking lg ke summit mungkin tidak. Salam dari malaysia.

    ReplyDelete