Monday, April 29, 2013

Cara klaim surat hilang atau tidak sampai di TIKI

Saya sering menggunakan jasa TIKI (Titipan Kilat) untuk berkirim surat ataupun barang, namun kali ini saya merasakan ketidaknyamanan yang baru kali ini saya alami. Surat yang saya kirimkan ke teman saya tidak sampai di tujuan, padahal domisili kami sama sama di Jakarta. Surat tersebut berisikan voucher taksi senilai 320 ribu rupiah. Setelah menunggu seminggu dan surat tidak sampai ke teman saya, saya pun komplain ke TIKI. Awalnya saya menghubungi customer service TIKI di 021-500125. Kemudian saya diminta untuk membacakan nomor resi pengiriman yang tertera di BTTKB (Bukti Tanda Terima Kiriman Barang). Anehnya, nomor tersebut tidak terdaftar di sistem mereka. Kemudian mereka meminta untuk mengirimkan bukti BTTKB tersebut via fax. karena saya tidak punya fax, maka bukti tanda terima tersebut saya kirimkan via email ke csr@tiki-online.com
 Beberapa hari kemudian saya mendapatkan surat dari TIKI bahwa hasil dari klaim saya, saya diberikan biaya ganti rugi sebesar 10 kali biaya pengiriman. Pada saat itu saya menggunakan pengiriman regular sebesar rp.6000,- sehingga biaya ganti ruginya hanya rp. 60.000,-. Saya keberatan dan kemudian menelpon TIKI kembali menyatakan keberatan. Saya mengatakan jika ingin memberi ganti rugi, tolong ganti dengan biaya penuh sebesar rp.320.000 ditambah biaya pengiriman sebear rp. 6000,-. Petugas customer service TIKI menyarankan saya agar membuat klaim yang kedua dengan menyertakan surat pernyataan klaim TIKI dan Bukti Tanda Terima via fax atau email. setelah saya kirimkan via email dan saya telpon cs untuk menanyakan progressnya, datang surat TIKI yang kedua yang menyatakan bahwa TIKI akan mengganti rugi sebesar 15 kali biaya pengiriman atau sebesar Rp. 90.000,-. Saya sangat keberatan dengan cara ini dan kembali komplain ke TIKI untuk yang ketiga kali melalui email dengan menyertakan surat dari TIKI tersebut dan juga menelpon customer service. Beberapa hari kemudian , datanglah surat TIKI yang ketiga yang berisikan akan menggantikan  biaya kerugian sebesar 50 persen dari yang saya tuntut atau sebesar Rp.163.000,-. Saya juga ditelpon oleh pihak cs TIKI yang menyatakan akan mengganti rugi sebesar 50 persen. Namun saya tidak terima. Petugas cs TIKI mengatakan bahwa seharusnya bila nilai dari barang yang dikirimkan melebihi dari 10 kali biaya pengiriman, maka harus diasuransikan. Biaya asuransi sebesar 0,225%. Sebenarnya 0.225% dari nilai voucher saya yang bernilai 320.000,- adalah 720 rupiah. Gara gara 720 rupiah, klaimnya jadi susah begini.
Dan akhirnya saya email kembali untuk menyatakan klaim keempat saya yang menyatakan meminta ganti kerugian senilai dari barang yang hilang atau kalau tidak, tolong kembalikan barang yang saya kirimkan tersebut. Dan setelah menunggu seminggu, datanglah surat TIKI yang keempat yang berisikan bahwa TIKI akan mengganti kerugian sebesar 100% atau sebesar Rp.326.000,-. Akhirnyaa.....
Saya diinfokan agar ke kantor pusat TIKI di jalan raden saleh dengan membawa BTTKB asli, surat klaim dari TIKI dari yang pertama sampai keempat asli, dan fotokopi KTP. Bila diwakilkan harus disertakan dengan surat kuasa asli.
Sampai di kantor pusat TIKI saya langsung ke lantai dua, bertemu dengan cs nya, dan setelah menunggu setengah jam, saya diberikan uang penggantian penuh dan fotokopi surat pernyataan bermaterai yang saya tandatangani yang menyatakan bahwa permasalahan ini sudah selesai dan tidak ada penuntutan lagi. Akhirnya permasalahan ini selesai setelah prosesnya berjalan sekitar 1,5 bulan.

Pelajaran yang bisa diambil adalah jangan sekali kali membuang kertas bukti tanda terima kiriman barang bila barang belum benar benar sampai di tujuan. kertas tanda terima tersebut menjadi syarat mutlak sebagai tanda bukti bila terjadi kehilangan barang. Dan yang kedua, asuransikan saja barang barang yang bernilai harganya, toh biaya asuransinya tidak mahal, sehingga bila terjadi kehilangan, tidak repot serperti saya.

Saturday, April 27, 2013

Cara Menutup Polis Asuransi AXA Mandiri

Setelah saya merasa asuransi AXA Mandiri yang saya miliki tidak terlalu berguna, maka saya berniat untuk menutup polis saya. Walaupun saya tau bahwa uang yang sudah saya setorkan tidak akan kembali utuh karena banyak terpotong untuk biaya asuransi saya daripada biaya pengembangan investasinya, saya ingin berhenti saja. Sebenarnya pengajuan penutupan polis bisa dilakukan di Bank Mandiri mana saja, namun saya langsung ke kantor pusat AXA Mandiri di gedung AXA Tower di lantai GF (lantai dasar), di jalan Prof. Dr. Satrio, kuningan city. Atau di sebelah mall Ambassador.

Persyaratannya cukup mudah (bila tertanggungnya adalah diri sendiri):
  1.  Bawa buku polis asli
  2.  Bawa fotocopy KTP yang masih berlaku, sebenarnya hanya bawa KTP asli juga bisa, nanti mereka yang akan membantu fotocopy
  3. untuk lebih aman, bawa fotocopy buku tabungan dimana nanti dananya akan ditransfer ke rekening buku tabungan ini.
Disana, nanti akan mengisi formulir termasuk salah satu kolomnya adalah  nomor rekening dimana dana kita akan ditransfer. Selain itu petugas juga akan bertanya alasan mengapa menutup polis, tetapi saya kira ini hanya membutuhkan jawaban basa basi saja.
Nah, bila tertanggung adalah orang lain, misalnya anak, maka harus ditambahkan dengan fotocopy akta kelahiran si anak tersebut, plus mungkin perlu fotocopy kartu keluarga.

Setelah pengisian formulir dan pemberian berkas berkas selesai, petugas menjanjikan dananya akan masuk sekitar 14 hari kerja (kalau saya tidak salah). dan dananya masuk ke rekening saya sebelum dari batas waktu maksimal yang dijanjikan. Demikianlah hubungan saya berakhir dengan asuransi AXA Mandiri.

Saturday, April 20, 2013

Perjalanan ke Bromo dan Air Terjun Madakaripura (2)

Setelah diantar kembali ke penginapan di Hotel Yoschi's, saya langsung sarapan. menu yang saya ambil di hotel yoschi's adalah nasi goreng dan teh manis. Ketika saya meminum teh manisnya, rasanya beda seperti teh celup yang biasa saya minum. Rasa tehnya seperti lebih lembut dan lebih wangi. saya penasaran tetapi tidak menanyakannya. Kemudian dengan staf hotel saya ngobrol sambil bertanya kepada mereka mengenai transportasi ke air terjun madakaripura. Ternyata tidak ada transportasi kesana. Namun kita bisa memesan ojek. Kemudian saya bertanya, kira kira berapakah tarif bila saya diantar ke air terjun Madakaripura dan setelahnya diantar ke terminal probolinggo. Setelah staf tersebut menelepon ojek, diberitahu ternyata ongkosnya 250 ribu. Saya bilang kemahalan, dan saya tidak jadi karena kemahalan, saya pikir bisa 150 ribu. Namun ketika saya balik ke kamar dan membereskan barang barang, staf hotel memanggil saya dan berkata bahwa tukang ojek mau menurunkan harga menjadi 200 ribu. Akhirnya saya setujui.

Setelah saya mandi dan beres beres, saya langsung check out dan sudah ditunggu oleh ojek yang bernama Pak Rafen yang sudah siap dengan motornya. Selama dalam perjalanan turun dari Bromo, lansekap pemandangan begitu indah. Pebukitan hijau, ladang ladang pertanian amat sangat indah. Ditambah jalan yang berkelok kelok benar benar memberikan keindahan yang sedap dipandang mata. Hal ini tidak saya lihat di awal kedatangan saya karena saya naik ke Bromo di malam hari.

Perbukitan sebelum Bromo
Ternyata perjalanan cukup jauh, mungkin ada sekitar 30 - 40 km. Diperjalanan turun hujan pula. Saya pun basah kuyup. Di gerbang sekitar 5km menuju air terjun, akan ada pos tempat membayar karcis masuk sebesar rp.3000,-. Kemudian didalam membayar parkir motor sebesar rp.2000,-.
Sampai di lokasi saya masih harus menunggu hujan reda agar lebih enak menuju air terjun yang berjarak sekitar 1 km jalan kaki dari tempat parkir. Ada juga aturan yang melarang pengunjung untuk ke air terjun bila hujan deras, karena sungai yang akan kita lalui arusnya menjadi besar. Pernah ada kejadian pengunjung terseret arus sungai dan meninggal karena hal tersebut, namun kejadian itu sudah lama.
Saya berteduh di salah satu warung sambil menitip barang barang saya, sambil berjanji akan minum setelah pulang dari air terjun. Saya lihat Pak Rafen juga sudah basah, makasaya traktir untuk makan dan minum saja di warung tersebut sambil menunggu saya balik dari air terjun. Ternyata disana banyak pemandu yang menawarkan biaya pemandu sebesar Rp.50.000,-. Mereka biasanya memandu dalam satu grup. Saya kemudian menyewa satu pemandu, tapi bukan bertugas untuk membimbing saya di sungai, melainkan untuk mengambil foto saya...hahaha.... dan biayanya juga saya tawar menjadi Rp.30.000,-. Tapi di akhir perjalanan saya jadinya memberikan 40.000,-, karena kasian juga beliau yang bernama Pak Timbul sudah capek menjadi fotografer pribadi saya.
Ternyata air terjun itu langsung menuju aliran sungai, sehingga kita menyusuri aliran sungai tersebut sepanjang 1 km sampai menuju lokasi jatuhnya air terjun. karena baru hujan, maka airnya bewarna kecoklatan. samping kiri dan kanan sungai adalah pebukitan hijau yang sangat indah. aliran sungai juga berkelok kelok sehingga suasana sangat indah. di beberapa lokasi juga ada air terjun yang kecil kecil. 
Jalan setapak menuju air terjun Madakaripura
Sampai di tujuan betapa terkejutnya saya melihat air terjun yang begitu indah. Diawali dengan lokasi dimana air yang jatuh begitu lebar seperti tirai kain yang lebar yang terbuat dari air, dan setelah melewati tirai air tersebut, kita akan melihat air terjun yang besar jatuh dari ketinggian. sangat indah.
Air yang jatuh bagaikan tirai

 Lokasi di sekitarnya juga sangat indah. kalau melihat keatas, lokasi ini seperti sebuah lingkaran utuh, dan pantas saja kalau hujan deras pengunjung dilarang ke air terjun ini, karena dari atas, air terjun akan membawa balok balok kayu dan jatuh kebawah. di kolam tempat jatuhnya air terjun terdapat balok balok kayu limpahan dari atas. Setelah puas menikmati keindahan air terjun tersebut, kami pun balik ke tempat parkir. Saya benar benar menikmati keindahan air terjun ini. Saya bertanya arti dari madakaripura kepada pemandu saya. Ternyata Madakaripura terdiri dari 3 suku kaya yaitu Mada (artinya gajah mada), kari (artinya : tinggal), pura (artinya : tempat ibadah umat Hindu), yang berarti pura tempat tinggal Gajah Mada. Air terjun ini adalah tempat bersemedinya Gajah Mada dan kemudian hilang disini. Begitulah katanya. Saya juga ketemu dengan seekor ulat bulu berwarna emas disini.
Bagi yang membawa kamera sebaiknya membawa plastik kresek transparan disini. Kameranya dimasukkan ke dalam kresek transparan. Soalnya sangat banyak air berjatuhan bagaikan hujan di sekitar air terjun.

Air Terjun Madakaripura

Ketika kembali dan tiba di warung tempat parkir, hujan kembali datang sehingga saya memutuskan untuk menunggu hujan reda. Saya memesan teh manis kepada ibu penjaga warung. dan ternyata wangi tehnya sama seperti teh manis yang saya rasakan di hotel Yoschi's di Bromo. Karena penasaran, saya bertanya ini teh apa. Ternyata namanya teh candi wayang. dan sama ibunya saya diberikan 6 bungkus teh wangi yang memang khas dari Jawa Timur. Ibu tersebut juga menawarkan madu asli dari hutan sekitar air terjun. ada botol ukuran besar dihargai 100 ribu, berukuran sedang 50 ribu, dan berukuran kecil 30 ribu. Akhirnya saya ambil yang berukuran sedang dan kecil sambil menawar dengan total 60 ribu. Sepertinya ini bisa ditawar lagi, tapi ya sudahlah.... Ketika saya merasakannya, waduh enakkknnyaaaa.... bila dibandingkan dengan madu yang banyak dijual di supermarket, madu ini enaknya bukan main.... saya malah menyesal tidak membeli yang berukuran besar.

Teh Candi Wayang dan Madu air terjun Madakaripura
 Selama menunggu hujan saya banyak mengobrol dengan Pak Rafen. Beliau mengatakan bahwa beliau adalah ketua paguyuban ojek Bromo. Pak Rafen juga memberikan nomor Handphone nya di nomor 085234309581. Beliau bilang, kalau untuk sewa ojek di Bromo, per hari 100 ribu untuk ke 4 lokasi di Bromo (melihat sunrise di Pananjakan, ke bromo, ke lokasi pasir berbisik, dan ke padang teletubbies) dan tidak memperhitungkan batas waktu, beda dengan kalau naik Jeep. Beliau juga bercerita bahwa ternyata seluruh ojek dan jeep dan kuda di bromo adalah dimiliki oleh orang Tengger. Wah, hebat... Dan tidak ada istilah Jeep atau ojek gelap, semuanya terdaftar sehingga keselamatan penumpang seluruhnya dijamin dan ditanggungjawabi oleh mereka. Pak Rafen juga punya kuda yang pernah menang kejuaraan sekabupaten atau se provinsi Jawa Timur saya lupa. Intinya, orang orang Tengger adalah orang yang makmur dan sejahtera, karena mereka selain bertani di lahan yang subur, juga menjadi penyedia akomodasi dan transportasi bagi para turis. Senang mendengarnya, dimana penduduk sendiri yang menjadi tuan bagi daerahnya sendiri. Dan mereka tetap mampu menjaga kebersihan, keamanan, dan kenyamanan daerah Bromo. Salut...

Akhirnya hujan berhenti dan saya diantar ke terminal Probolinggo. cukup lama juga. mungkin ada 40 km. sampai di terminal probolinggo kami bersalaman sebelum berpisah dan berkata saya akan kembali ke Bromo di lain waktu.  saya merasa sangat nyaman berkomunikasi dengan masyarakat Tengger selama di Bromo.

Di terminal probolinggo, saya tidak langsung balik ke Surabaya, tapi saya menuju ke Paiton tempat dimana saya ingin mengunjungi saudara saya. Dari terminal probolinggo sampai pratelon Paiton (pertigaan Paiton) saya naik bus AKAS ekonomi, ongkosnya rp. 6000,-. Jarak sekitar 45 km tersebut memakan waktu sekitar 75 - 90 menit karena banyak harus menaikkan dan menurunkan penumpang. Dari pertigaan Paiton, saya naik becak dikenakan ongkos Rp. 10.000,- sampai masuk ke kompleks Paiton yang rapi dan terawat tersebut. Setelah sekitar dua jam disana, sekitar pukul setengah delapan malam saya balik ke surabaya. Saya kembali naik bus AKAS dengan tujuan ke Madura. Ternyata rute bus AKAS ini sangat panjang. dari paiton sampai terminal bungurasih surabaya ongkosnya rp.20.000,-. Saya sampai di terminal bungurasih sekitar pukul 11 malam. Awalnya saya mencari bus kota menuju terminal Bratang. Namun sudah tak ada lagi. Akhirnya saya naik ojek dari terminal bungurasih ke rumah saudara saya di daerah Klampis dengan biaya rp.25 ribu. namun saya yakin sebenarnya kalau saya tawar rp.20 ribu pak ojeknya juga mau. hehehe....
Ternyata Pak Ojeknya sudah tua umur 50an dan sudah lebih dari 150 kali mendonorkan darahnya sampai sudah dua kali diundang ke jakarta untuk menerima pin emas. Dan saya diajak beliau untuk mendonorkan darah, saya yang belum pernah donor darah jadi malu juga. Kemudian beliau bercerita juga bahwa istrinya dua, tapi untuk yang ini saya tidak diajak untuk beristri dua...hahaha....
Akhirnya sampai juga di rumah saudara pukul 12 malam...

***
Keesokan harinya saya dan saudara berkunjung ke House of Sampoerna. Di museum ini tersimpan peninggalan barang barang milik keluarga Sampoerna dan juga  produk samperna sejak dulu sampai saat ini, Termasuk mesin produksinya. Ada juga video rekaman bagaimana karyawan membuat rokok dan menyusun tembakaunya. Sangat menarik. Selain itu juga banyak dijual cindera mata disini. Biaya masuk ke House of Sampoerna gratis.
House of Sampoerna
Dari House of Sampoerna, saya diajak oleh saudara untuk makan Bebek Sinjay yang terkenal di Madura.
Melewati Jembatan Suramadu sepanjang 5,4 km, sambil melihat selat madura. Tiket tol untuk mobil rp.30.000,- sementara motor rp.3.000,-. Jembatan ini memang sangat megah.
Ketika masuk madura, maka masuk ke kabupaten Bangkalan. masih banyak sawah dan ladang hijau di daerah sini. sangat berbeda dengan surabaya yang sudah menjadi kota metropolitan. Dan setelah sampai di Bebek Sinjay, antriannya ruarrr biasa, mengalahkan antrian sembako. Bebek Sinjay ini memang sangat terkenal, uniknya setiap hari Jumat restoran ini tutup. Setelah antri sekitar setengah jam, akhirnya makan juga. Rasanya memang enak, bebeknya empuk, sambalnya top markotop, dan nasinya juga enak. Harganya 17.000,- sudah termasuk teh botol sosro. Kami bukan hanya sekedar makan disana, tapi juga membungkusnya untuk makan malam...hahaha...

Bebek Sinjay Bangkalan Madura


Akhirnya sampai juga kembali ke rumah pukul 4 sore. Saya dan saudara saya menyempatkan untuk ke gereja jam 5 sore di GKI Manyar. Gereja yang berlokasi seperti di kompleks perumahan ini sangat nyaman. Sebelum dan selama kebaktian hujan mengguyur Surabaya.
GKI Manyar
 Setelah dari gereja dan pulang ke rumah, saya diantar saudara ke Bandara  Juanda Surabaya untuk mengejar penerbangan jam sepuluh malam. Dan akhirnya selesailah perjalanan saya mengitari Surabaya, Bromo, probolinggo, dan bangkalan madura.


Wednesday, April 3, 2013

Perjalanan ke Bromo dan Air Terjun Madakaripura (1)

Perjalanan yang saya tempuh kali ini merupakan perpaduan antara perjalanan sendiri dan mengunjungi saudara yang ada di Jawa Timur. Namun saya juga akan menjelaskan cara perjalanan ke daerah wisata tersebut menggunakan transportasi umum yang ada disana.
Perjalanan saya dimulai dengan penerbangan dari Jakarta ke Surabaya di hari Jumat pagi menggunakan pesawat Citilink memanfaatkan tiket promo yang saya beli dua bulan sebelumnya sebesar rp.188 ribu.
Berangkat ontime dari bandara soekarno hatta pukul 06.00 dan tiba di bandara juanda Surabaya pukul 7.30 pagi. Sebenarnya tujuan saya adalah langsung ke Bromo. Namun karena saya ingin mengunjungi keluarga terlebih dahulu yang ada di daerah Klampis, Surabaya Timur, alhasil saya dijemput oleh keluarga di bandara. Cukup lama saya mengobrol dan makan di rumah saudara, apalagi kondisi Surabaya pada saat itu hujan sehingga saya diantar oleh saudara ke Terminal bungurasih sekitar jam 3 sore.

Bagi para traveller yang ingin ke Bromo langsung dari bandara Juanda, caranya sangat mudah. Dari Bandara Juanda, langsung naik Damri menuju Terminal Bungurasih.  Terminal Bungurasih merupakan terminal yang besar tempat banyak bus antar kota antar propinsi maupun antar kota dalam propinsi. Kalau bingung dengan banyaknya orang yang menawarkan jasa bus, segera cari saja petugas dinas perhubungan dan tanyakan kepada mereka mana bus yang menuju probolinggo. Nanti petugas akan menunjuk mana bus yang patas maupun yang ekonomi. Pada saat itu saya memilih bus patas AC. Nama busnya AKAS ASRI. Tujuan yang tertera di petunjuknya adalah probolinggo, jember, banyuwangi. Bus ini nantinya akan masuk ke Terminal Probolinggo, atau kalau bingung katakan saja kepada keneknya ingin turun di terminal probolinggo agar diingatkan. Ongkosnya adalah 23 ribu. Didalam bus saya sempat ngobrol sebentar dengan keneknya menceritakan tentang perjalanan saya ingin ke Bromo. Kenek mengatakan bahwa mobil Bison atau Elf (sejenis angkutan pedesaan) sudah tidak ada lagi diatas jam 4 sore. Namun ada ojek yang menjadi alternative. Posisi angkutan pedesaan Bison ataupun ojek ini adalah di luar terminal probolinggo sebelah kiri. Ada juga beberapa warung disitu. Saya sampai di terminal probolinggo sekitar jam 6.15 sore. Alhasil pilihan satu satunya adalah ojek. Perjalanan dari Terminal probolinggo sampai desa cemoro lawang sekitar 40 km. Saya dikenakan ongkos 75 ribu. Menurut para backpacker yang saya temui disana, ongkos tersebut sudah sesuai, dan tukang ojeknya sudah termasuk baik karena tidak menaikkan harga karena hari sudah mulai malam.
Untuk angkutan Bison sendiri, ongkosnya adalah sekitar 25 ribu – 27 ribu per orang, namun mereka hanya mau jalan kalau sudah ada penumpang 10 orang. Atau mereka akan jalan, bila penumpang yang kurang dari 10 orang tersebut mau urunan membayar biaya transport sekitar 250 ribu. Ada 3 orang teman wanita yang saya temui di Bromo ketika berada dalam satu jeep yang sama, mereka bertiga urunan membayar 270 ribu untuk naik Bison karena tidak ada penumpang lain. Begitulah kira kira kondisinya.

Karena saya tidak memiliki info akan menginap dimana, saya meminta tolong kepada tukang ojek yang saya tumpangi untuk mencarikan penginapan yang murah kepada saya. Bapak tersebut mengantar saya ke hotel Yoschi, dimana banyak bule nginap disitu. Penginapan paling murah disitu adalah 180 ribu per malam, dan saya lihat jika masa liburan di bulan juni-juli-agustus, biaya penginapan lebih mahal. Dengan kamar yang paling murah, kita mendapatkan kamar mandi di luar. Tapi tidak usah kuatir, kondisi kamar mandinya bersih dan juga disediakan kamar mandi yang menyediakan air panas. Hotel Yoschi sendiri masih sekitar 4 km lagi dari desa cemoro lawang, tempat desa tertinggi dan terakhir menuju Bromo. Di desa cemoro lawang sendiri banyak homestay yang menawarkan harga dimulai dari 100 ribu. Karena saya benar benar buta penginapan, akhirnya saya memilih di hotel Yoschi.dfsdf
sdfdf
Hotel Yoschi's sendiri adalah milik seorang Jerman yang pernah membuat buku tentang keindahan Bromo dalam bahasa Jerman sehingga menarik minat banyak orang Jerman dan sekitarnya untuk ke Bromo. Alamat hotel ini di Wonokerto Street 17, Sukapura, Probolinggo 67254, East Java - Indonesia.
Sementara nomor telepon untuk reservasi di (0335) 541 018 atau 081235111239.
Selengkapnya ada di website www.yoschihotel.com

Hotel Yoschi's
 Sesampai disana, karena saya hanya seorang diri, saya langsung memesan kepada pegawai hotel untuk memesan satu tempat jeep hardtop untuk ke pananjakan melihat sunrise dan melintasi lautan pasir menuju ke bromo. Saya dikenakan biaya 125 ribu, batas waktu pendaftaran untuk perorangan seperti saya adalah jam 8 malam. Bila kita berkelompok, kita bisa menyewa satu Jeep sebesar 450 ribu dengan maksimal penumpang 6 orang. Bila kita ingin ke padang savanna dan lokasi pasir berbisik setelah mengunjungi bromo, biaya bertambah tergantung nego dengan driver. Namun untuk sewa satu jeep untuklangsung ke 4 lokasi ke pananjakan, bromo, padang savanna, dan pasir berbisik dikenakan 600 ribu dengan maksimal 6 penumpang, tapi saya dengar 7 penumpang juga bisa dengan menambah 100 ribu lagi.
Kami diingatkan untuk sudah siap pukul 03.30 pagi, tapi tidak usah risau, karena pintu kamar kita akan digedor gedor pukul 3 pagi supaya bangun. Suhu udara sangat dingin dan menusuk pagi itu. Saya membawa penutup kepala, sapu tangan, memakai kaos kaki tebal dan sepatu, serta kain penutup hidung. Beberapa orang juga menggunakan syal. Itulah perlengkapan untuk perjalanan mengejar sunrise.
Saya dijemput oleh driver dan disuguhi minuman kopi atau teh manis oleh pihak hotel sebelum berangkat. Karena dari Hotel Yochi hanya saya yang dijemput sendiri, maka kami segera bergegas ke penginapan di cemoro lawang untuk menjemput beberapa orang lainnya, alhasil selain saya ada sepasang bule jerman dan 3 orang cewek manis dari Bandung yang menjadi teman saya untuk bergantian sebagai fotografer.
Saya cukup takjub melihat dan merasakan kekuatan Jeep dengan kekuatan 4000cc mendaki jalanan terjal menuju puncak pananjakan untuk mengejar matahari terbit. Salut juga melihat driver yang cekatan menguasai medan yang berliku liku tersebut. Semakin menguatkan keinginan saya untuk membeli Jeep disuatu hari nanti. Hehehe… 

Jeep Bromo
Sesampai di parkiran Pananjakan, kendaraan sudah berjubel, begitu banyaknya jeep dan juga sepeda motor. Walau bukan musim liburan, tapi pengunjungnya banyak juga, gimana kalo musim liburan? Begitu banyaknya orang yang menunggu matahari mengeluarkan sinarnya. Dan pagi itu kabut tebal menyelimuti Bromo, sehingga panorama yang terlihat seakan akan kita berada di atas awan. Ketika matahari sedikit mengeluarkan sinar, jangan heran bila para penonton akan bersorak seperti sedang menonton pertandingan bola dan terjadi gol.
Sehabis matahari bersinar, kami kembali ke parkiran Jeep. Banyak pedagang menjual gorengan, saya beli satu 2000 rupiah, ukurannya cukup besar. Nikmat dimakan di kondisi udara yang dingin.
Pananjakan
 Jeep kemudian mengantarkan kami ke lautan pasir untuk menjalankan ritual pengunjung yang akan trekking ke puncak gunung bromo. Tapi di tengah perjalanan, driver menghentikan  mobil untuk memberikan kesempatan kepada kami mengambil foto berlatar belakang gunung di titik yang memang baik untuk berfoto. Benar benar driver berpengalaman.

Menuju Lautan Pasir
Sesampai di parkiran lautan pasir menuju gunung bromo, driver mengingatkan agar kita sudah kembali sekitar jam delapan sampai setengah sembilan pagi.  Disana akan banyak ditemui kuda yang lagi parkir dan ditawarkan oleh para pemiliknya. Mereka akan menawarkan harga 100 ribu rupiah. Tapi harga sewa kudanya akan turun seiring kita berjalan mendekati gunung. Sampai nanti hampir mendekati tangga menuju gunung, harga sewa kudanya jatuh sampai 30 ribu. Namun berhubung karena saya memang ingin menikmati suasana lautan pasir, saya berjalan kaki saja bersama teman teman semobil. Kalau dikira kira, jarak dari parkiran mobil sampai ke puncak bromo sekitar 2 – 3 km.
Parkiran Kuda dan Jeep
 Lautan pasir, pura, liukan liukan seperti aliran sungai di lautan pasir, gunung batok,dan gunung bromo, serta pebukitan pananjakan menjadi satu kesatuan yang sangat indah dinikmati. Nah, di tangga menuju puncak bromo, akan ada banyak orang yang berhenti kecapekan. Karena memang jumlah anak tangganya sampai ratusan, tapi saya tidak sempat menghitung tepatnya. Ketika di puncak bromo, kita akan melihat kepulan asap gunung bromo yang masih aktif, dan juga gunung batok yang berlapis lapis, pura dari kejauhan, dan pebukitan pananjakan yang mempesona. Setelah puas, kamipun turun dari puncak. Kebetulan dua orang teman saya yang dari Bandung ingin merasakan naik kuda, dan mereka menyewa kuda dengan harga 30 ribu saja, karena memang tinggal setengah perjalanan, itupun menurun. Ketika berjalan di lautan pasir menuju parkiran Jeep, angin mulai bertiup membawa butiran abu vulkanik. Untung saya membawa kacamata sehingga terhindar dari kelilipan. Setelah itu kami langsung diantar kembali ke hotel oleh drivernya dan demikianlah pertemuan saya dengan 3 cewek Bandung yang manis manis tersebut.

Lautan Pasir

Puncak Bromo

Pura Bromo dan lautan pasir disekitarnya
 Karena saya diantar terakhir kali, saya sempat ngobrol dengan driver nya. Namanya Pak Ata, usianya sudah 50 tahun, dan sudah sangat berpengalaman. Orangnya juga baik. Beliau memberikan nomor handphonenya 085815998457. Beliau bisa menjelaskan bila ingin perjalanan murah, sebaiknya dilakukan berenam. Kenapa? Karena nanti bisa sewa satu homestay bersama sama untuk 6 orang seharga 600 ribu. Selain itu bisa langsung sewa satu jeep. Pak Ata menawarkan harga 1,2 juta untuk rute pananjakan, bromo, pasir berbisik, bukit teletubbies, plus air terjun madakaripura yang letaknya agak jauh. Itu memang harga yang sangat ekonomis untuk berenam. Dan saya berjanji pada pak Ata untuk kembali lagi ke Bromo. Pemukiman Tengger sungguh mempesona bagi saya.
Satu lagi yang saya tanyakan ke Pak Ata, mengapa sepertinya daerah ini aman? Ternyata daerah Bromo memang aman. Karena menurut penjelasan Pak Ata, masyarakat Tengger, akan segera menghakimi orang yang kedapatan mencuri atau berbuat tidak baik, sudah pernah ada kasus, perampok mobil dibakar oleh mereka. Dan masyarakat Tengger siap untuk dipenjara rame rame oleh polisi. Cara ini benar benar memberikan shock therapy bagi para perampok. Hehehe…
Satu lagi, cara melafalkan Tengger adalah dengan menggunakan e lemah, seperti melafalkan e pada kata beli atau pergi.
 Dan yang penting juga, musim yang paling baik berkunjung ke bromo adalah Mei sampai Agustus karena cuaca yang cerah, tapi bila sedang musim liburan anak sekolah atau libur tahun baru biasanya harga harga akan sedikit lebih tinggi dari biasanya.
Saya dan Pak Ata (085815998457)