Saturday, April 20, 2013

Perjalanan ke Bromo dan Air Terjun Madakaripura (2)

Setelah diantar kembali ke penginapan di Hotel Yoschi's, saya langsung sarapan. menu yang saya ambil di hotel yoschi's adalah nasi goreng dan teh manis. Ketika saya meminum teh manisnya, rasanya beda seperti teh celup yang biasa saya minum. Rasa tehnya seperti lebih lembut dan lebih wangi. saya penasaran tetapi tidak menanyakannya. Kemudian dengan staf hotel saya ngobrol sambil bertanya kepada mereka mengenai transportasi ke air terjun madakaripura. Ternyata tidak ada transportasi kesana. Namun kita bisa memesan ojek. Kemudian saya bertanya, kira kira berapakah tarif bila saya diantar ke air terjun Madakaripura dan setelahnya diantar ke terminal probolinggo. Setelah staf tersebut menelepon ojek, diberitahu ternyata ongkosnya 250 ribu. Saya bilang kemahalan, dan saya tidak jadi karena kemahalan, saya pikir bisa 150 ribu. Namun ketika saya balik ke kamar dan membereskan barang barang, staf hotel memanggil saya dan berkata bahwa tukang ojek mau menurunkan harga menjadi 200 ribu. Akhirnya saya setujui.

Setelah saya mandi dan beres beres, saya langsung check out dan sudah ditunggu oleh ojek yang bernama Pak Rafen yang sudah siap dengan motornya. Selama dalam perjalanan turun dari Bromo, lansekap pemandangan begitu indah. Pebukitan hijau, ladang ladang pertanian amat sangat indah. Ditambah jalan yang berkelok kelok benar benar memberikan keindahan yang sedap dipandang mata. Hal ini tidak saya lihat di awal kedatangan saya karena saya naik ke Bromo di malam hari.

Perbukitan sebelum Bromo
Ternyata perjalanan cukup jauh, mungkin ada sekitar 30 - 40 km. Diperjalanan turun hujan pula. Saya pun basah kuyup. Di gerbang sekitar 5km menuju air terjun, akan ada pos tempat membayar karcis masuk sebesar rp.3000,-. Kemudian didalam membayar parkir motor sebesar rp.2000,-.
Sampai di lokasi saya masih harus menunggu hujan reda agar lebih enak menuju air terjun yang berjarak sekitar 1 km jalan kaki dari tempat parkir. Ada juga aturan yang melarang pengunjung untuk ke air terjun bila hujan deras, karena sungai yang akan kita lalui arusnya menjadi besar. Pernah ada kejadian pengunjung terseret arus sungai dan meninggal karena hal tersebut, namun kejadian itu sudah lama.
Saya berteduh di salah satu warung sambil menitip barang barang saya, sambil berjanji akan minum setelah pulang dari air terjun. Saya lihat Pak Rafen juga sudah basah, makasaya traktir untuk makan dan minum saja di warung tersebut sambil menunggu saya balik dari air terjun. Ternyata disana banyak pemandu yang menawarkan biaya pemandu sebesar Rp.50.000,-. Mereka biasanya memandu dalam satu grup. Saya kemudian menyewa satu pemandu, tapi bukan bertugas untuk membimbing saya di sungai, melainkan untuk mengambil foto saya...hahaha.... dan biayanya juga saya tawar menjadi Rp.30.000,-. Tapi di akhir perjalanan saya jadinya memberikan 40.000,-, karena kasian juga beliau yang bernama Pak Timbul sudah capek menjadi fotografer pribadi saya.
Ternyata air terjun itu langsung menuju aliran sungai, sehingga kita menyusuri aliran sungai tersebut sepanjang 1 km sampai menuju lokasi jatuhnya air terjun. karena baru hujan, maka airnya bewarna kecoklatan. samping kiri dan kanan sungai adalah pebukitan hijau yang sangat indah. aliran sungai juga berkelok kelok sehingga suasana sangat indah. di beberapa lokasi juga ada air terjun yang kecil kecil. 
Jalan setapak menuju air terjun Madakaripura
Sampai di tujuan betapa terkejutnya saya melihat air terjun yang begitu indah. Diawali dengan lokasi dimana air yang jatuh begitu lebar seperti tirai kain yang lebar yang terbuat dari air, dan setelah melewati tirai air tersebut, kita akan melihat air terjun yang besar jatuh dari ketinggian. sangat indah.
Air yang jatuh bagaikan tirai

 Lokasi di sekitarnya juga sangat indah. kalau melihat keatas, lokasi ini seperti sebuah lingkaran utuh, dan pantas saja kalau hujan deras pengunjung dilarang ke air terjun ini, karena dari atas, air terjun akan membawa balok balok kayu dan jatuh kebawah. di kolam tempat jatuhnya air terjun terdapat balok balok kayu limpahan dari atas. Setelah puas menikmati keindahan air terjun tersebut, kami pun balik ke tempat parkir. Saya benar benar menikmati keindahan air terjun ini. Saya bertanya arti dari madakaripura kepada pemandu saya. Ternyata Madakaripura terdiri dari 3 suku kaya yaitu Mada (artinya gajah mada), kari (artinya : tinggal), pura (artinya : tempat ibadah umat Hindu), yang berarti pura tempat tinggal Gajah Mada. Air terjun ini adalah tempat bersemedinya Gajah Mada dan kemudian hilang disini. Begitulah katanya. Saya juga ketemu dengan seekor ulat bulu berwarna emas disini.
Bagi yang membawa kamera sebaiknya membawa plastik kresek transparan disini. Kameranya dimasukkan ke dalam kresek transparan. Soalnya sangat banyak air berjatuhan bagaikan hujan di sekitar air terjun.

Air Terjun Madakaripura

Ketika kembali dan tiba di warung tempat parkir, hujan kembali datang sehingga saya memutuskan untuk menunggu hujan reda. Saya memesan teh manis kepada ibu penjaga warung. dan ternyata wangi tehnya sama seperti teh manis yang saya rasakan di hotel Yoschi's di Bromo. Karena penasaran, saya bertanya ini teh apa. Ternyata namanya teh candi wayang. dan sama ibunya saya diberikan 6 bungkus teh wangi yang memang khas dari Jawa Timur. Ibu tersebut juga menawarkan madu asli dari hutan sekitar air terjun. ada botol ukuran besar dihargai 100 ribu, berukuran sedang 50 ribu, dan berukuran kecil 30 ribu. Akhirnya saya ambil yang berukuran sedang dan kecil sambil menawar dengan total 60 ribu. Sepertinya ini bisa ditawar lagi, tapi ya sudahlah.... Ketika saya merasakannya, waduh enakkknnyaaaa.... bila dibandingkan dengan madu yang banyak dijual di supermarket, madu ini enaknya bukan main.... saya malah menyesal tidak membeli yang berukuran besar.

Teh Candi Wayang dan Madu air terjun Madakaripura
 Selama menunggu hujan saya banyak mengobrol dengan Pak Rafen. Beliau mengatakan bahwa beliau adalah ketua paguyuban ojek Bromo. Pak Rafen juga memberikan nomor Handphone nya di nomor 085234309581. Beliau bilang, kalau untuk sewa ojek di Bromo, per hari 100 ribu untuk ke 4 lokasi di Bromo (melihat sunrise di Pananjakan, ke bromo, ke lokasi pasir berbisik, dan ke padang teletubbies) dan tidak memperhitungkan batas waktu, beda dengan kalau naik Jeep. Beliau juga bercerita bahwa ternyata seluruh ojek dan jeep dan kuda di bromo adalah dimiliki oleh orang Tengger. Wah, hebat... Dan tidak ada istilah Jeep atau ojek gelap, semuanya terdaftar sehingga keselamatan penumpang seluruhnya dijamin dan ditanggungjawabi oleh mereka. Pak Rafen juga punya kuda yang pernah menang kejuaraan sekabupaten atau se provinsi Jawa Timur saya lupa. Intinya, orang orang Tengger adalah orang yang makmur dan sejahtera, karena mereka selain bertani di lahan yang subur, juga menjadi penyedia akomodasi dan transportasi bagi para turis. Senang mendengarnya, dimana penduduk sendiri yang menjadi tuan bagi daerahnya sendiri. Dan mereka tetap mampu menjaga kebersihan, keamanan, dan kenyamanan daerah Bromo. Salut...

Akhirnya hujan berhenti dan saya diantar ke terminal Probolinggo. cukup lama juga. mungkin ada 40 km. sampai di terminal probolinggo kami bersalaman sebelum berpisah dan berkata saya akan kembali ke Bromo di lain waktu.  saya merasa sangat nyaman berkomunikasi dengan masyarakat Tengger selama di Bromo.

Di terminal probolinggo, saya tidak langsung balik ke Surabaya, tapi saya menuju ke Paiton tempat dimana saya ingin mengunjungi saudara saya. Dari terminal probolinggo sampai pratelon Paiton (pertigaan Paiton) saya naik bus AKAS ekonomi, ongkosnya rp. 6000,-. Jarak sekitar 45 km tersebut memakan waktu sekitar 75 - 90 menit karena banyak harus menaikkan dan menurunkan penumpang. Dari pertigaan Paiton, saya naik becak dikenakan ongkos Rp. 10.000,- sampai masuk ke kompleks Paiton yang rapi dan terawat tersebut. Setelah sekitar dua jam disana, sekitar pukul setengah delapan malam saya balik ke surabaya. Saya kembali naik bus AKAS dengan tujuan ke Madura. Ternyata rute bus AKAS ini sangat panjang. dari paiton sampai terminal bungurasih surabaya ongkosnya rp.20.000,-. Saya sampai di terminal bungurasih sekitar pukul 11 malam. Awalnya saya mencari bus kota menuju terminal Bratang. Namun sudah tak ada lagi. Akhirnya saya naik ojek dari terminal bungurasih ke rumah saudara saya di daerah Klampis dengan biaya rp.25 ribu. namun saya yakin sebenarnya kalau saya tawar rp.20 ribu pak ojeknya juga mau. hehehe....
Ternyata Pak Ojeknya sudah tua umur 50an dan sudah lebih dari 150 kali mendonorkan darahnya sampai sudah dua kali diundang ke jakarta untuk menerima pin emas. Dan saya diajak beliau untuk mendonorkan darah, saya yang belum pernah donor darah jadi malu juga. Kemudian beliau bercerita juga bahwa istrinya dua, tapi untuk yang ini saya tidak diajak untuk beristri dua...hahaha....
Akhirnya sampai juga di rumah saudara pukul 12 malam...

***
Keesokan harinya saya dan saudara berkunjung ke House of Sampoerna. Di museum ini tersimpan peninggalan barang barang milik keluarga Sampoerna dan juga  produk samperna sejak dulu sampai saat ini, Termasuk mesin produksinya. Ada juga video rekaman bagaimana karyawan membuat rokok dan menyusun tembakaunya. Sangat menarik. Selain itu juga banyak dijual cindera mata disini. Biaya masuk ke House of Sampoerna gratis.
House of Sampoerna
Dari House of Sampoerna, saya diajak oleh saudara untuk makan Bebek Sinjay yang terkenal di Madura.
Melewati Jembatan Suramadu sepanjang 5,4 km, sambil melihat selat madura. Tiket tol untuk mobil rp.30.000,- sementara motor rp.3.000,-. Jembatan ini memang sangat megah.
Ketika masuk madura, maka masuk ke kabupaten Bangkalan. masih banyak sawah dan ladang hijau di daerah sini. sangat berbeda dengan surabaya yang sudah menjadi kota metropolitan. Dan setelah sampai di Bebek Sinjay, antriannya ruarrr biasa, mengalahkan antrian sembako. Bebek Sinjay ini memang sangat terkenal, uniknya setiap hari Jumat restoran ini tutup. Setelah antri sekitar setengah jam, akhirnya makan juga. Rasanya memang enak, bebeknya empuk, sambalnya top markotop, dan nasinya juga enak. Harganya 17.000,- sudah termasuk teh botol sosro. Kami bukan hanya sekedar makan disana, tapi juga membungkusnya untuk makan malam...hahaha...

Bebek Sinjay Bangkalan Madura


Akhirnya sampai juga kembali ke rumah pukul 4 sore. Saya dan saudara saya menyempatkan untuk ke gereja jam 5 sore di GKI Manyar. Gereja yang berlokasi seperti di kompleks perumahan ini sangat nyaman. Sebelum dan selama kebaktian hujan mengguyur Surabaya.
GKI Manyar
 Setelah dari gereja dan pulang ke rumah, saya diantar saudara ke Bandara  Juanda Surabaya untuk mengejar penerbangan jam sepuluh malam. Dan akhirnya selesailah perjalanan saya mengitari Surabaya, Bromo, probolinggo, dan bangkalan madura.


3 comments:

  1. nice info gan, tahanks

    ReplyDelete
  2. kalau misalnya kami berempat nih pak trus niatnya start dari malang kembali ke malang.
    bisa nggak ya rutenya kayak gini :
    dari malang naik travel (punya info travelnya gak pak?hehe)
    menuju cemorolawang, nginap di cemorolawang, nikmati sunrise bromo,
    besoknya mau ke madakaripura (naik apa ya pak bagusnya) trus malamnya nginap di malang, biar bisa ke BNS.
    opsi lain
    atau memungkinkan ga klo sewa motor dari malang, trus ke cemoro lawang, trus ke madakaripura,trus balik lagi ke malang? pertimbangan sewa motor sih, apakah jalannya tidak membingungkan dan aman?
    terimakasih, ditunggu jawabannya :)

    ReplyDelete