Wednesday, April 3, 2013

Perjalanan ke Bromo dan Air Terjun Madakaripura (1)

Perjalanan yang saya tempuh kali ini merupakan perpaduan antara perjalanan sendiri dan mengunjungi saudara yang ada di Jawa Timur. Namun saya juga akan menjelaskan cara perjalanan ke daerah wisata tersebut menggunakan transportasi umum yang ada disana.
Perjalanan saya dimulai dengan penerbangan dari Jakarta ke Surabaya di hari Jumat pagi menggunakan pesawat Citilink memanfaatkan tiket promo yang saya beli dua bulan sebelumnya sebesar rp.188 ribu.
Berangkat ontime dari bandara soekarno hatta pukul 06.00 dan tiba di bandara juanda Surabaya pukul 7.30 pagi. Sebenarnya tujuan saya adalah langsung ke Bromo. Namun karena saya ingin mengunjungi keluarga terlebih dahulu yang ada di daerah Klampis, Surabaya Timur, alhasil saya dijemput oleh keluarga di bandara. Cukup lama saya mengobrol dan makan di rumah saudara, apalagi kondisi Surabaya pada saat itu hujan sehingga saya diantar oleh saudara ke Terminal bungurasih sekitar jam 3 sore.

Bagi para traveller yang ingin ke Bromo langsung dari bandara Juanda, caranya sangat mudah. Dari Bandara Juanda, langsung naik Damri menuju Terminal Bungurasih.  Terminal Bungurasih merupakan terminal yang besar tempat banyak bus antar kota antar propinsi maupun antar kota dalam propinsi. Kalau bingung dengan banyaknya orang yang menawarkan jasa bus, segera cari saja petugas dinas perhubungan dan tanyakan kepada mereka mana bus yang menuju probolinggo. Nanti petugas akan menunjuk mana bus yang patas maupun yang ekonomi. Pada saat itu saya memilih bus patas AC. Nama busnya AKAS ASRI. Tujuan yang tertera di petunjuknya adalah probolinggo, jember, banyuwangi. Bus ini nantinya akan masuk ke Terminal Probolinggo, atau kalau bingung katakan saja kepada keneknya ingin turun di terminal probolinggo agar diingatkan. Ongkosnya adalah 23 ribu. Didalam bus saya sempat ngobrol sebentar dengan keneknya menceritakan tentang perjalanan saya ingin ke Bromo. Kenek mengatakan bahwa mobil Bison atau Elf (sejenis angkutan pedesaan) sudah tidak ada lagi diatas jam 4 sore. Namun ada ojek yang menjadi alternative. Posisi angkutan pedesaan Bison ataupun ojek ini adalah di luar terminal probolinggo sebelah kiri. Ada juga beberapa warung disitu. Saya sampai di terminal probolinggo sekitar jam 6.15 sore. Alhasil pilihan satu satunya adalah ojek. Perjalanan dari Terminal probolinggo sampai desa cemoro lawang sekitar 40 km. Saya dikenakan ongkos 75 ribu. Menurut para backpacker yang saya temui disana, ongkos tersebut sudah sesuai, dan tukang ojeknya sudah termasuk baik karena tidak menaikkan harga karena hari sudah mulai malam.
Untuk angkutan Bison sendiri, ongkosnya adalah sekitar 25 ribu – 27 ribu per orang, namun mereka hanya mau jalan kalau sudah ada penumpang 10 orang. Atau mereka akan jalan, bila penumpang yang kurang dari 10 orang tersebut mau urunan membayar biaya transport sekitar 250 ribu. Ada 3 orang teman wanita yang saya temui di Bromo ketika berada dalam satu jeep yang sama, mereka bertiga urunan membayar 270 ribu untuk naik Bison karena tidak ada penumpang lain. Begitulah kira kira kondisinya.

Karena saya tidak memiliki info akan menginap dimana, saya meminta tolong kepada tukang ojek yang saya tumpangi untuk mencarikan penginapan yang murah kepada saya. Bapak tersebut mengantar saya ke hotel Yoschi, dimana banyak bule nginap disitu. Penginapan paling murah disitu adalah 180 ribu per malam, dan saya lihat jika masa liburan di bulan juni-juli-agustus, biaya penginapan lebih mahal. Dengan kamar yang paling murah, kita mendapatkan kamar mandi di luar. Tapi tidak usah kuatir, kondisi kamar mandinya bersih dan juga disediakan kamar mandi yang menyediakan air panas. Hotel Yoschi sendiri masih sekitar 4 km lagi dari desa cemoro lawang, tempat desa tertinggi dan terakhir menuju Bromo. Di desa cemoro lawang sendiri banyak homestay yang menawarkan harga dimulai dari 100 ribu. Karena saya benar benar buta penginapan, akhirnya saya memilih di hotel Yoschi.dfsdf
sdfdf
Hotel Yoschi's sendiri adalah milik seorang Jerman yang pernah membuat buku tentang keindahan Bromo dalam bahasa Jerman sehingga menarik minat banyak orang Jerman dan sekitarnya untuk ke Bromo. Alamat hotel ini di Wonokerto Street 17, Sukapura, Probolinggo 67254, East Java - Indonesia.
Sementara nomor telepon untuk reservasi di (0335) 541 018 atau 081235111239.
Selengkapnya ada di website www.yoschihotel.com

Hotel Yoschi's
 Sesampai disana, karena saya hanya seorang diri, saya langsung memesan kepada pegawai hotel untuk memesan satu tempat jeep hardtop untuk ke pananjakan melihat sunrise dan melintasi lautan pasir menuju ke bromo. Saya dikenakan biaya 125 ribu, batas waktu pendaftaran untuk perorangan seperti saya adalah jam 8 malam. Bila kita berkelompok, kita bisa menyewa satu Jeep sebesar 450 ribu dengan maksimal penumpang 6 orang. Bila kita ingin ke padang savanna dan lokasi pasir berbisik setelah mengunjungi bromo, biaya bertambah tergantung nego dengan driver. Namun untuk sewa satu jeep untuklangsung ke 4 lokasi ke pananjakan, bromo, padang savanna, dan pasir berbisik dikenakan 600 ribu dengan maksimal 6 penumpang, tapi saya dengar 7 penumpang juga bisa dengan menambah 100 ribu lagi.
Kami diingatkan untuk sudah siap pukul 03.30 pagi, tapi tidak usah risau, karena pintu kamar kita akan digedor gedor pukul 3 pagi supaya bangun. Suhu udara sangat dingin dan menusuk pagi itu. Saya membawa penutup kepala, sapu tangan, memakai kaos kaki tebal dan sepatu, serta kain penutup hidung. Beberapa orang juga menggunakan syal. Itulah perlengkapan untuk perjalanan mengejar sunrise.
Saya dijemput oleh driver dan disuguhi minuman kopi atau teh manis oleh pihak hotel sebelum berangkat. Karena dari Hotel Yochi hanya saya yang dijemput sendiri, maka kami segera bergegas ke penginapan di cemoro lawang untuk menjemput beberapa orang lainnya, alhasil selain saya ada sepasang bule jerman dan 3 orang cewek manis dari Bandung yang menjadi teman saya untuk bergantian sebagai fotografer.
Saya cukup takjub melihat dan merasakan kekuatan Jeep dengan kekuatan 4000cc mendaki jalanan terjal menuju puncak pananjakan untuk mengejar matahari terbit. Salut juga melihat driver yang cekatan menguasai medan yang berliku liku tersebut. Semakin menguatkan keinginan saya untuk membeli Jeep disuatu hari nanti. Hehehe… 

Jeep Bromo
Sesampai di parkiran Pananjakan, kendaraan sudah berjubel, begitu banyaknya jeep dan juga sepeda motor. Walau bukan musim liburan, tapi pengunjungnya banyak juga, gimana kalo musim liburan? Begitu banyaknya orang yang menunggu matahari mengeluarkan sinarnya. Dan pagi itu kabut tebal menyelimuti Bromo, sehingga panorama yang terlihat seakan akan kita berada di atas awan. Ketika matahari sedikit mengeluarkan sinar, jangan heran bila para penonton akan bersorak seperti sedang menonton pertandingan bola dan terjadi gol.
Sehabis matahari bersinar, kami kembali ke parkiran Jeep. Banyak pedagang menjual gorengan, saya beli satu 2000 rupiah, ukurannya cukup besar. Nikmat dimakan di kondisi udara yang dingin.
Pananjakan
 Jeep kemudian mengantarkan kami ke lautan pasir untuk menjalankan ritual pengunjung yang akan trekking ke puncak gunung bromo. Tapi di tengah perjalanan, driver menghentikan  mobil untuk memberikan kesempatan kepada kami mengambil foto berlatar belakang gunung di titik yang memang baik untuk berfoto. Benar benar driver berpengalaman.

Menuju Lautan Pasir
Sesampai di parkiran lautan pasir menuju gunung bromo, driver mengingatkan agar kita sudah kembali sekitar jam delapan sampai setengah sembilan pagi.  Disana akan banyak ditemui kuda yang lagi parkir dan ditawarkan oleh para pemiliknya. Mereka akan menawarkan harga 100 ribu rupiah. Tapi harga sewa kudanya akan turun seiring kita berjalan mendekati gunung. Sampai nanti hampir mendekati tangga menuju gunung, harga sewa kudanya jatuh sampai 30 ribu. Namun berhubung karena saya memang ingin menikmati suasana lautan pasir, saya berjalan kaki saja bersama teman teman semobil. Kalau dikira kira, jarak dari parkiran mobil sampai ke puncak bromo sekitar 2 – 3 km.
Parkiran Kuda dan Jeep
 Lautan pasir, pura, liukan liukan seperti aliran sungai di lautan pasir, gunung batok,dan gunung bromo, serta pebukitan pananjakan menjadi satu kesatuan yang sangat indah dinikmati. Nah, di tangga menuju puncak bromo, akan ada banyak orang yang berhenti kecapekan. Karena memang jumlah anak tangganya sampai ratusan, tapi saya tidak sempat menghitung tepatnya. Ketika di puncak bromo, kita akan melihat kepulan asap gunung bromo yang masih aktif, dan juga gunung batok yang berlapis lapis, pura dari kejauhan, dan pebukitan pananjakan yang mempesona. Setelah puas, kamipun turun dari puncak. Kebetulan dua orang teman saya yang dari Bandung ingin merasakan naik kuda, dan mereka menyewa kuda dengan harga 30 ribu saja, karena memang tinggal setengah perjalanan, itupun menurun. Ketika berjalan di lautan pasir menuju parkiran Jeep, angin mulai bertiup membawa butiran abu vulkanik. Untung saya membawa kacamata sehingga terhindar dari kelilipan. Setelah itu kami langsung diantar kembali ke hotel oleh drivernya dan demikianlah pertemuan saya dengan 3 cewek Bandung yang manis manis tersebut.

Lautan Pasir

Puncak Bromo

Pura Bromo dan lautan pasir disekitarnya
 Karena saya diantar terakhir kali, saya sempat ngobrol dengan driver nya. Namanya Pak Ata, usianya sudah 50 tahun, dan sudah sangat berpengalaman. Orangnya juga baik. Beliau memberikan nomor handphonenya 085815998457. Beliau bisa menjelaskan bila ingin perjalanan murah, sebaiknya dilakukan berenam. Kenapa? Karena nanti bisa sewa satu homestay bersama sama untuk 6 orang seharga 600 ribu. Selain itu bisa langsung sewa satu jeep. Pak Ata menawarkan harga 1,2 juta untuk rute pananjakan, bromo, pasir berbisik, bukit teletubbies, plus air terjun madakaripura yang letaknya agak jauh. Itu memang harga yang sangat ekonomis untuk berenam. Dan saya berjanji pada pak Ata untuk kembali lagi ke Bromo. Pemukiman Tengger sungguh mempesona bagi saya.
Satu lagi yang saya tanyakan ke Pak Ata, mengapa sepertinya daerah ini aman? Ternyata daerah Bromo memang aman. Karena menurut penjelasan Pak Ata, masyarakat Tengger, akan segera menghakimi orang yang kedapatan mencuri atau berbuat tidak baik, sudah pernah ada kasus, perampok mobil dibakar oleh mereka. Dan masyarakat Tengger siap untuk dipenjara rame rame oleh polisi. Cara ini benar benar memberikan shock therapy bagi para perampok. Hehehe…
Satu lagi, cara melafalkan Tengger adalah dengan menggunakan e lemah, seperti melafalkan e pada kata beli atau pergi.
 Dan yang penting juga, musim yang paling baik berkunjung ke bromo adalah Mei sampai Agustus karena cuaca yang cerah, tapi bila sedang musim liburan anak sekolah atau libur tahun baru biasanya harga harga akan sedikit lebih tinggi dari biasanya.
Saya dan Pak Ata (085815998457)

12 comments:

  1. mantaappp.. perjalanan yg manis ternyata ;)
    ditunggu sambungan ceritanya yg manis hihiii..

    ReplyDelete
  2. numpang nanya kalo aq berangkat pagi enaknya ke air terjun madakaripura dulu ato lgsg ke bromo y?? thanx

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau menurut saya lebih enak ke bromo dulu... sebenarnya kita ke bromo juga untuk ngejar sunrisenya...tapi kalau misalnya memang bukan untuk ngejar sunrise, ke air terjun lebih dulu juga ga masalah.

      Delete
  3. total waktu tempuh Juanda-Bromo kira2 berapa lama Mas? Tq

    ReplyDelete
    Replies
    1. kira kira begini...
      dari bandara juanda ke terminal bungurasih surabaya naik DAMRI, sekitar 1 jam..
      dari terminal bungurasih ke terminal probolinggo naik bus patas (biasanya bus AKAS ASRI), perjalanan sekitar 2 jam...
      dari terminal probolinggo menuju desa bromo, sekitar 1 jam sampai 1 setengah jam , menggunakan angkutan pedesaan bison(mobil elf lama) atau sewa ojek motor...

      yang perlu diperhitungkan juga adalah waktu tunggunya.
      kalau di bandara menunggu damri atau dari terminal surabaya menunggu bus AKAS ASRI, waktunya tidak lama.
      Tapi bus elf untuk naik ke bromo hanya jalan kalau sewanya penuh. Jadi nunggu sewanya penuh bisa sampai berjam jam. Kalau mau mencoba lebih murah, coba cegat truk sayur mbak (nasib nasiban juga..)
      semoga membantu...

      Delete
    2. berarti kalo rental mobil langsung dari Juanda bisa tempuh 4.5 jam yach Mas...Tq

      Delete
    3. mungkin bisa sekitar 3,5 - 4 jam. karena kan langsung tancap gas ke tujuan...

      Delete
  4. wah good info nih, thx

    ReplyDelete
  5. thanks banget ulasannya...sangat jelas utk yg pengen ke Bromo sendirian....

    ReplyDelete
  6. Diajak ke Bromo ama temen dari karawang akhirnya kepikiran bisnis aia hehe ….

    ..Yang dari Jabar mau ke Bromo pake mobil cukup perorang 400 rb aja. Untuk 10 orang. mau 3 hari mau 4 hari bias diatur 081224144439/Nay petualang. Cirebon.
    Kalo pake kereta ekomomi memang lebih murah, tapi memangnya mau cuma sampe statsiun. Dari stasiun ke brmonya yang budgetnya lumayan. Mending 400 rb bolak balik alias PP .. Bisa nego tuh harganya, misal mau patungan bensin dijlannya bias lebih murah rame2, cuma bayar karena punya bos mobilnya dan ongkos saya nyetir aja hehehe khan cape 1 hari 1 malam..

    ReplyDelete