Thursday, May 16, 2013

Perjalanan ke Makassar (TN Bantimurung, Losari dan sekitarnya), Tana Toraja, dan Tanjung Bira (1)

Perjalanan wisata/travelling saya kali ini mengunjungi beberapa daerah di Sulawesi Selatan. Saya akan menceritakan perjalanan saya dari Jakarta menuju Makassar, mengunjungi Taman Nasional Bantimurung, kemudian ke Tana Toraja, kemudian kembali ke Makassar mengunjungi Pantai Losari, Benteng Fort Rotterdam, Benteng Somba Opu, dan setelah itu mengunjungi Pantai Tanjung Bira yang mempesona, kemudian kembali lagi ke Makassar.

Untuk halaman ini, saya akan menceritakan keindahan Taman Nasional Bantimurung.

Perjalanan saya dimulai dari Jakarta menuju Bandara Hasanuddin. Penerbangan memakan waktu 2 jam 20 menit ditambah perbedaan waktu 1 jam lebih lama di Makassar. Penerbangan dimulai pukul  7 WIB pagi menggunakan pesawat citilink, tiba di Makassar pukul 10.20 WITA. Saya mendapat tiket promo dengan harga 178 ribu untuk sekali penerbangan ini.

Begitu tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, saya cukup takjub melihat keindahan Bandara ini. Bandaranya cukup besar dan megah serta indah. Menurut saya Bandara ini jauh lebih indah dibanding Bandara Soekarno Hatta khususnya Terminal 1 dan 2. Namun dari bandara menuju ke jalan besar tempat angkutan umum lalu lalang, itu cukup jauh. Mungkin ada sekitar 4 km sehingga tidak cocok jalan kaki. Saya memanfaatkan jasa ojek sepeda motor yang memasang tarif rp. 15.000.
Di bandara juga tersedia Bis Damri yang menuju pusat kota Makassar Lapangan karebosi (dekat pantai Losari). Selain itu tersedia cukup banyak taksi di bandara ini. Tapi saya perhatikan, Taksi Blue Bird belum ada di Makassar.
Bandara Sultan Hasanuddin
Setelah saya diturunkan oleh ojek, saya langsung menggunakan angkutan umum berupa minibus yang di makassar disebut Pete-Pete. dari gerbang Bandara tersebut saya menuju Pasar Maros membayar ongkos sekitar 3 ribu. Di Pasar Maros saya berganti Pete-Pete menuju bantimurung. Bilang saja sama sopirnya pingin masuk ke Taman nasional Bantimurung. Karena dari Pintu Gerbang Bantimurung ke pintu loket didalam itu ada sekitar 1-2 km. Saya membayar rp.5000.

Tiket masuk untuk wisatawan domestik di TN Bantimurung adalah rp.15.000. Ternyata di dalam TN Bantimurung ini terdapat air terjun Bantimurung, beberapa gua gua, dan juga tempat penangkaran kupu kupu. Tempat ini luas dan sejuk. Adanya aliran sungai dan air terjun, pohon pohon, dan dikelilingi pebukitan dan karst, membuat suasananya sangat teduh dan sejuk. Untuk menikmati hampir semua yang ada disini saya pikir butuh waktu 3-4 jam.

Saya tiba di pintu loket pukul 12.00 siang.
Memasuki kawasan tersebut, akan ada guidet yang menawarkan jasa untuk berkeliling atau mendampingi masuk ke gua gua. Tapi tak perlu terburu buru. Nikmati saja dulu keindahan dan keanekaragaman hayati yang ada di Taman Nasional Bantimurung ini.
 
Loket masuk TN Bantimurung dan penjual cinderamata
Saya jalan saja terus ke dalam dan langsung bertemu dengan aliran sungai dan air terjun Bantimurung. Air terjun ini airnya sangat deras. Kita bisa mandi atau bermain air di aliran sungai tersebut. Menurut info dari petugas disana, bila musim kemarau dimana akan banyak kupu kupu, banyak kupu kupu akan beterbangan di permukaan air di sungai tersebut di dekat air terjun. Sangat mengesankan.
Air Terjun Bantimurung
 Disamping aliran sungai dan air terjun ini, terdapat anak tangga dan jalan setapak. Saya jalani terus, Saya temukan papan petunjuk arah menuju Gua Batu dan Danau Kassi Kebo. Jaraknya sekitar 800 meter setelah air terjun ini. Di perjalanan menuju gua ini, kita akan banyak bertemu dengan kupu kupu yang melintas. Selain berjalan di tepian sungai, kita akan menikmati pohon pohon yang lebat dan juga melihat bukit bebatuan dari kejauhan.
Jalan setapak menuju gua batu
Sesampai di ujung dekat pintu gua, akan ada kios yang menyewakan jasa peminjaman senter dan guide untuk membimbing masuk ke dalam gua. Saya hanya menyewa senter saja seharga Rp.20.000,-. Saya tidak menyewa guide. Ternyata kondisi di dalam gua sangat gelap. Pada saat itu juga hanya saya pengunjung yang memasuki gua tersebut, tidak ada yang lain. Saya masuk saja sekaligus uji nyali. Suara air menetes dari langit langit gua dan suara kelelawar yang terkadang menjerit memberikan kesan yang sedikit menyeramkan. Tapi saya jalani saja terus. Ternyata panjangnya hanya sekitar 50 meteran. Di dalam gua ini terdapat beberapa batuan stalagtit dan stalagmit tetapi tidak terlalu banyak. 
Gua Batu

Kemudian saya pun keluar dari gua tersebut. Nah di depan gua ini ada danau Kassi Kebo sebagai sumber air yang keluar mengaliri sungai dan akhirnya airnya jatuh di air terjun Bantimurung di bawah. Namun pada saat itu, saya hanya bisa lihat danaunya dari jarak yang agak jauh karena gerbangnya sengaja dikunci. Hal ini diakibatkan airnya meluap akibat hujan beberapa hari ini yang terus turun. Bila tidak hujan, maka air nya akan berwarna hijau. Ada juga pasir di tepiannya walau tidak terlalu banyak. Karena pernah ada korban jiwa di danau dan aliran sungai ini ketika airnya meluap, hal ini menyebabkan lokasinya diberi pagar. Sehingga orang yang ingin mandi atau bermain air hanya bisa di bawah air terjun. Namun saya kurang tau bagaimana kondisinya bila di musim kemarau dimana air tidak terlalu deras. 
Danau Kassi Kebo
Setelah selesai melihat tempat tersebut, saya kembali lagi ke bawah melalui jalan setapak dan turunan tangga yang sama. Saya kembali menikmati keindahan jatuhnya air di air terjun Bantimurung.
Kemudian saya mencoba untuk menelusuri Gua Mimpi. Namun untuk masuk, kita diharuskan untuk menyewa guide. Panjang gua ini sekitar 1-2 km.
Karena saya penasaran, saya pun menuju gua ini. Ternyata kita harus jauh naik ke atas bukit dulu. Perjalanan sekitar 30 menit naik ke atas bukit menuju pintu gua mimpi sudah cukup melelahkan. Saya diikuti oleh seorang guide di belakang saya. Awalnya saya bertanya berapa harga untuk mendampingi saya berjalan di dalam guide. Dia menawarkan harga Rp.200.000,-. waow... sangat mahal. Saya kemudian menjawab, saya hanya melihat mulut gua nya saja bagaimana. Di perjalanan akan ada monyet monyet berkeliaran di atas pohon, karena lokasi ini masih seperti hutan. 
Jalan menuju Gua Mimpi
Sesampai di mulut gua mimpi, saya pun memotret pintu mulut gua. Karena saya juga penasaran ingin masuk, terjadilah tawar menawar dengan guide. Akhirnya biaya guide menjadi 50 ribu ditambah dengan saya menyewa senter dari guide tersebut sebesar rp.25.000,-. Total 75 ribu. Guide ini juga menjadi tukang foto kita di dalam gua. Dia sudah mengetahui lokasi tempat yang baik untuk berfoto.
Didalam gua ini sangat banyak stalagtit dan stalagmit yang sangat bagus. Bentuknya bermacam macam menyerupai benda benda bermacam macam. Saya sangat mengagumi keindahannya. Didalam gua ini juga tidak terlalu banyak kelelawar. Sebenarnya di dalam gua ini ada jembatan kayu, namun kondisinya sudah sangat jelek. Ternyata jembatan ini dibuat tahun 1986 ketika pembukaan Taman Nasional ini. Sekarang sudah sangat banyak kerusakan dan hampir hancur. Dibeberapa tempat akan banyak genangan air berasal dari tetesan air dari bebatuan di langit langit gua. Ada juga lokasi di mana terdapat banyak jangkrik dan ada bau yang khas yang menurut guidenya berasal dari kotoran jangkrik tersebut.
Setelah berjalan di dalam gua kurang lebih satu jam, akhirnya dari kejauhan terlihat seberkas cahaya. Artinya pintu keluar gua sudalh kelihatan. Ketika keluar, ternyata kami keluar di hutan. Dan posisi kami ada di atas bukit. Artinya harus menuruti bukit untuk kembali ke pintu masuk TN Bantimurung. Di beberapa lokasi terdapat turunan turunan yang terjal. Setelah menuruni bukit sekitar 20 menitan, ternyata kami keluar ke jalan raya di luar dari TN Bantimurung. Dengan didampingi guide saya kembali masuk dari pintu loket tanpa membayar karena keluar dari gua. Setelah itu saya membersihkan diri di air terjun Bantimurung sambil beristirahat. Nikmat sekali.
Gua Mimpi
Setelah itu saya menuju museum kupu kupu di bagian penangkaran kupu kupu. Untuk memasuki museum kupu kupu harus membayar biaya retribusi sebesar Rp.5.000,-. Museum ini tidak besar, didalamnya dipajang berbagai macam kupu kupu yang dikeraskan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan juga dari negara lain. 
Museum Kupu kupu

Tempat penangkaran kupu kupu
Kemudian di dekat museum ini ada lokasi penangkaran kupu kupu. Tapi ketika masuk ke kandang kupu kupu ini, saya hanya mendapatkan beberapa kupu kupu saja. Ukuran kupu kupunya cukup besar. Kemudian saya berbicara dengan Bapak yang menjaga museum dan tempat penangkaran kupu kupu ini. Beliau berkata kupu kupu saat ini sedikit karena lagi musim hujan. Bila musim kemarau kupu kupu akan berkembang biak dan menjadi banyak. Yang saya cukup sedih mendengarnya adalah, untuk pertama kalinya sekitar awal tahun 2013, lokasi ini kebanjiran. Cukup aneh hutan mengalami kebanjiran. Bisa saja ini disebabkan penggundulan hutan di daerah hulu. Bila hal ini terjadi, kupu kupu akan pergi dari tempat ini. Padahal dulu di tahun 80an sangat banyak kupu kupu disini. Setelah berbicara panjang lebar, saya pun permisi pulang.
Di lokasi ini juga ada lokasi yang disebut Kolam Jamala. Airnya keluar dari bebatuan dari dalam lubang gua yang kecil dan airnya mengalir ke sungai.
Kolam Jamala
Akhirnya saya keluar dari lokasi ini dan singgah dulu di lokasi tempat penjualan cindera mata yang banyak berderet di dekat loket masuk. Saya membeli sebuah kaos dan tentu saja gantungan kunci kupu kupu. Sangat banyak cindera mata berupa hiasan kupu kupu disini. Nah, untuk keluar dari TN Bantimurung ini, saya harus naik pete pete. Namun karena sopirnya tidur karena ga ada sewa, sementara jarak dari loket ini ke jalan raya sekitar 1-2 km, saya nekat saja meminta tolong pegawai PNS Taman Nasional ini. hehehe... Berhubung waktu sudah jam 4 sore, ada beberapa pegawai yang naik sepeda motor, dan saya pun langsung menyetop salah satu Bapak PNS yang menaiki motor, dan meminta tolong tumpangan sampai ke jalan raya tepat di gerbang masuk awal TN Bantimurung. Dan Bapak tersebut dengan ramah memberi tumpangan kepada saya. Terima kasih Bapak... :)

Gerbang awal masuk TN Bantimurung
Sampai di Jalan raya pintu masuk TN Bantimurung, saya menyetop pete pete yang tujuannya ke Pasar Maros. Saya membayar Rp.3000,-. Karena saya ingin menuju Toraja, dari Pasar Maros saya ambil lagi pete pete menuju jalan perintis kemerdekaan tempat pool bus Bintang Prima menuju Toraja. Sebelum ke perintis kemerdekaan, pete pete ini akan kembali melewati gerbang masuk bandara Hasanuddin.

bersambung


4 comments:

  1. Sungguh menarik cerita perjalan yang disampaikan secara ringkas tetapi memberikan gambaran yang cukup jelas untuk kemudian menimbulkan rasa ingin tahu juga dan insya Allah Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya tempat kami bekerja akhir Nopember 2013 akan tour ke Makasar dan tentunya tidak dilewatkan mengunjungi TN Bantimurung. Terimakasih infonya Indonesia Tanah Airku yang Indah Permai.

    ReplyDelete
  2. Kereeen total biaya yang dihabiskan kira kira berapa yah? Saya juga sedang berencana untuk berkunjung ke bantimurung untuk pertama kalinya

    ReplyDelete
  3. saya ingin ke bantimurung dari Bandara Hasannuddin saya harus naik apa ya? apakah pete2 di Makassar ada jalur2 nya?

    ReplyDelete
  4. Wah keren detail penjelasannya luar biasa saya berencana ke bantimurung tgl 5 sampai 7 november ini,,terima kasih sangat membantu sekali sama dari anak kendari

    ReplyDelete