Diving di area pulau Sangiang ini saya lakukan bersama beberapa teman yang sebelumnya mengambil sertifikasi diving open water. Pulau Sangiang sendiri lokasinya berada di selat sunda diapit oleh pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Berikut lokasinya saya ambil dari http://www.bentengindonesia.org/bentengpict/221/221_SANGIANG_ISLAND_1a.jpg
Lokasi Pulau Sangiang |
Perjalanan hanya sebentar saja. Pergi sabtu pagi dan sudah kembali tiba di jakarta sabtu sore.
Pagi pagi subuh jam setengah enam pagi kami berangkat dari Jakarta menuju pelabuhan anyer. Kami sengaja berangkat pagi agar tidak macet. Dan satu lagi, diving siang hari di sangiang sudah kurang bagus karena visibility yang sangat rendah. Banyak butiran butiran kotoran yang melayang layang di dalam air sehingga air kurang jernih dan menghalangi pemandangan bawah laut.
Kami tiba di dermaga anyer sekitar jam 8 pagi. Kemudian kami berkemas menyiapkan peralatan, tanki udara, masker, fins, BCD, regulator, weight belt, dll. Sementara untuk wet suit saya ganti di kapal saja. Tak lupa kami membeli makanan sarapan dari warung terdekat. Perjalanan menuju area penyelaman sekitar 60 menit - 75 menit menggunakan kapal kayu yang disewa.
Kapal Kayu yang digunakan |
Saya dan beberapa teman sarapan di atas kapal. Ombaknya benar benar deras. Perut saya langsung mual. Baru sekitar 10 menit setelah selesai makan, saya langsung muntah. Walau muntah, perut ini belum juga lega. Masih ada yang mengganjal. Teman mengatakan itu akibat saya tidak mencicipi air laut dulu sesaat sebelum mengarungi lautan. Awalnya saya agak ragu terjun. Tapi akhirnya turun juga.
Penyelaman pertama kami di titik yang bernama Tanjung Bajo. Ombak laut tetap keras, mengombang ambingkan kami semua. Karena ombak yang lumayan deras, kami memasang BCD di permukaan air, bukan di kapal. Sialnya bagi saya, begitu masuk laut, mencicipi air laut yang begitu asin, ditambah dengan rasa mual yang masih ada, semakin membuat saya bertambah mual dan akhirnya muntah lagi. Sialll.... Beberapa teman sudah mulai masuk ke bawah permukaan laut, sementara saya ditemani oleh seorang yang lain masih mengapung saja. Saya masih menetralkan kondisi dulu. Setelah minum sebotol air mineral dingin, barulah perasaan lebih tenang. Untuk melawan asinnya air laut, memang yang paling bagus ya minum air tawar. Kami berdua masuk ke dalam. Melihat keindahan bawah laut sambil mengejar teman yang sudah duluan turun. Kondisi di dalam ternyata berarus. Hal ini tidak saya alami ketika pertama kali menyelam di kepulauan seribu. Arusnya begitu kuat sehingga kita tidak perlu lagi mengayuhkan kaki untuk bergerak. Kita dibawa oleh arus. Harus hati hati juga agar tidak terpisah dari teman karena terlalu membiarkan diri dibawa oleh arus. Cukup banyak terumbu karang di perairan ini. Ikan ikan hias pun sangat banyak. Ikan berbagai warna muncul silih berganti, warna oranye (nemo), biru, kuning, dll. Ada yang berenang bergerombol dan beriringan. Kami juga bertemu dengan segerombolan ikan barakuda. Ubur ubur pun tak ketinggalan. Terkadang berpapasan dengan ubur ubur yang harus dihindari. Pemandangan bawah lautnya sangat indah. Memang kami tidak menemukan hiu, penyu, ataupun pari. Tapi ini juga sudah puas.
Alat pengukur tangki udara saya juga menunjukkan bahwa udara sudah hampir habis. Tak tau kenapa sepertinya saya cukup kuat menyedot udara tangki. Mungkin karena barusan muntah dan mual sehingga lebih membutuhkan banyak udara ketika bernafas.
Akhirnya kami naik ke permukaan. Begitu naik ke permukaan, langsung disambut dengan ombak yang cukup kuat yang mengombang ambingkan kami. Kru kapal kami melemparkan tali untuk membantu menarik kami ke kapal. Entah kenapa selama dalam proses dari permukaan sampai naik ke kapal, rasa mual muncul lagi. Begitu naik di atas kapal, saya muntah lagi. Tapi muntahnya tidak mengeluarkan apa apa karena mungkin yang ada di perut sudah habis. Hanya menyisakan rasa asam dan sedikit pahit. Teman teman yang melihat saya hanya tersenyum saja. Ya... tiap orang biasanya pernah mendapatkan situasi seperti ini.
Setelah penyelaman pertama selesai, kami menuju pulau sangiang. Kami menepi ke pulau dan makan siang di pulau sangiang. Kami tidak mengeksplor pulau karena fokus hanya menyelam.
Perjalanan di kapal |
Setelah selesai beritirahat, kami menuju titik kedua yang bernama Legon Waru. Derasnya arus sedikit berkurang di titik ini. Di kedalaman, kami juga melihat indahnya terumbu karang dan berbagai ikan berenang dan melintasi kami. Arus di dalam juga masih cukup kuat untuk menggerakkan kami. Sangat nikmat sehingga kita tidak sadar sudah di kedalaman 20 meter. Kalau saja saya tidak melihat dive comp, mungkin saya akan terbawa suasana untuk masuk terus ke kedalaman 30 meter. Hal yang sama juga saya rasakan di titik pertama sebelumnya. Namun karena sudah semakin siang, visibility di dalam air berkurang. Hal ini karena kotoran seperti debu beterbangan di dalam air sehingga menghalangi penglihatan. Di penyelaman kedua ini juga saya bingung kenapa saya begitu cepatnya menghabiskan udara di tangki. Namun karena ketua tim sudah menunjukkan sebentar lagi akan naik, dan juga karena terumbu karang yang indah di kedalaman sekitar 9-12 meter, saya tetap bertahan. Pada akhirnya ketika kami naik, sisa udara saya hanya tinggal sedikit lagi. Sebenarnya kurang bagus juga cara seperti ini.Begitu naik ombak juga masih mengombang ambingkan kami. Ombak di perairan ini memang tidak pernah tenang. Kami pun kembali ke kapal. Perjalanan kembali ke dermaga anyer memakan waktu hampir satu setengah jam. Sampai di dermaga anyer, kami membersihkan diri di salah satu rumah penduduk yang sudah dikenal oleh ketua rombongan kami. Begitulah memang kondisinya. Tempat penyewaan peralatan menyelam saja tidak ada. Jadi semuanya dibawa atau disewa dari Jakarta. Akhirnya kami kembali ke Jakarta memakan waktu lebih dari 2 jam karena jalanan sudah macet. Demikianlah perjalanan singkat kali ini.
Foto foto underwater masih belum ada karena masih di kamera teman :)
Sekitar hampir dua minggu setelah kami diving di Sangiang, sekitar bulan Juli 2013 kami mendengar sebuah Kapal Motor yang membawa diver dari Jakarta dan juga dari luar negeri dihantam ombak ketika bersandar di dekat pulau Sangiang ini. Mereka beberapa hari menyelam termasuk nite dive dan tidur di kapal. Kapal kayu yang jauh lebih besar dihantam oleh ombak besar. Kapal tidak diketemukan sepertinya hancur. Seluruh penumpang dan kru kapal terjun ke perairan tersebut diombang ambingkan arus laut. Keesokan harinya setelah dilakukan upaya penyelamatan, dua orang tidak diketemukan, seorang kru dan seorang lagi diver dari jakarta. Di hari terakhir pencarian, diketemukan jenazah diver tersebut, sementara krunya saya kurang tau apakah sudah ditemukan atau tidak karena jangka waktu pencarian oleh tim sar sudah selesai.
Saya kurang tau kenapa ombak di perairan selat sunda ini begitu dasyatnya. Apakah karena lokasinya yang diapit oleh dua pulau besar Jawa dan Sumatera atau karena tidak banyak pulau pulau di sekitar Sangiang sehingga tidak ada pulau yang bisa berfungsi sebagai pemecah ombak. Kejadian ini mengingatkan saya untuk tidak memaksakan perjalanan bila alam sedang tidak bersahabat.
Saya juga teringat dengan jembatan selat sunda yang rencananya akan dibangun menghubungkan jawa dan sumatera akan melalui pulau sangiang. Saya tidak bisa membayangkan bila nantinya pembangunan jembatan tersebut akan merusak habitat ikan, terumbu karang, binatang dan cagar alam yang ada di pulau sangiang.
Mau bgt kak diving di sana..keren kayaknya.. -_-
ReplyDeleteUntuk sewa kapal sama divingnya biaya brp kak?
Ada kontak kapalnya kak?
Terimakasih
Ada ke 0817181796 aja bwt dive trip nya
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteUpload foto2 nya dong bro mau liat di underwaternya hehe...
ReplyDeleteMau kesana soalnya tp ngeri jg yah kalo arus nya deres